Jangankanyang ada di kalbu, semua yang di bumi dan di langit, tidak ada yang tersembunyi bagi Allah subhanahu wa ta'ala. Apabila demikian keluasan ilmu Allah subhanahu wa ta'ala, hendaklah setiap mukmin senantiasa merasa diawasi oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Dia takut kepada-Nya di saat sendirian, sebagaimana halnya takut kepada

JANGAN SEMBUNYIKAN ILMUOleh Ustadz Abu Ismail Muslim AtsariAllâh Azza wa Jalla telah mengutus para Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang haq. Dan merupakan kewajiban para Rasul untuk menyampaikan agama kepada umat mereka masing-masing. Demikian para ulama pewaris para Nabi, mereka berkewajiban menjelaskan isi kitab suci kepada umat, tanpa menyembunyikannya. Allâh Azza wa Jalla berfirmanوَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلَا تَكْتُمُونَهُDan ingatlah, ketika Allâh mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab yaitu “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya!” [Ali-Imrân/3187]Oleh karena itu menyembunyikan ilmu menyelisihi perjanjian ulama dengan Allâh, bahkan merupakan dosa besar sebagaimana dijelaskan oleh para ulama, karena pelakunya akan mendapatkan laknat. Imam adz-Dzahabi rahimahullah memasukkan perbuatan menyembunyikan ilmu di dalam kitabnya, Al-Kabâir, dalam urutan dosa besar ke SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM TIDAK MENYEMBUNYIKAN ILMU Oleh karena itu, sebagai panutan umat, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak menyembunyikan ilmu sama sekali. Para sahabat Beliau banyak memberikan kesaksian tentang hal ini, bahkan orang-orang dekat Beliau. Inilah Aisyah Radhiyallahu anhuma Ummul Mukminin, istri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, bersaksi untuk Beliauعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِمَّا أَنْزَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ فَقَدْ كَذَبَ وَاللَّهُ يَقُولُ يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْآيَةَDari Aisyah Radhiyallahu anha, dia berkata “Barangsiapa menceritakan kepadamu bahwa Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu yang telah diturunkan oleh Allâh kepada Beliau, maka dia telah berdusta, Karena Allâh Azza wa Jalla berfirman Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu’ al-ayat Al-Mâidah/567. [HR. Bukhâri, no. 4612]Demikian juga, sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu anhu, pembantu Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam memberikan kesaksiannyaعَنْ أَنَسٍ قَالَ جَاءَ زَيْدُ بْنُ حَارِثَةَ يَشْكُو فَجَعَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اتَّقِ اللَّهَ وَأَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ قَالَ أَنَسٌ لَوْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَاتِمًا شَيْئًا لَكَتَمَ هَذِهِ Dari Anas, dia berkata “Zaid bin Haritsah datang mengadu kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam , maka Beliau bersabda kepadanya “Bertakwalah kepada Allâh dan tahanlah terus isterimu”. Anas berkata “Seandainya Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari al-Qur’an pasti beliau telah menyembunyikan ini”. [HR. Bukhâri, no. 7420]MENYEMBUNYIKAN AL-HAQ ADALAH SIFAT AHLI KITAB Di dalam kitab suci al-Qur’an, Allâh Azza wa Jalla mencela ahli kitab atas sikap mereka yang suka menyembunyikan al-haq, Dia berfirmanيَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَHai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahuinya? [Ali-Imrân/371]Di antara kebenaran yang mereka sembunyikan adalah tentang berita akan datangnya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang ada di dalam kitab suci mereka. Allâh Azza wa Jalla Yang Maha Mengetahui membongkar perilaku mereka dengan firman-Nyaالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَOrang-orang Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Al Kitab Taurat dan Injil mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. [Al-Baqarah/2146]BAHAYA MENYEMBUNYIKAN ILMU Ilmu merupakan cahaya dan petunjuk, maka jika ilmu disembunyikan, berarti manusia berada di dalam kegelapan dan kesesatan. Karenanya Allâh Azza wa Jalla melaknat orang-orang yang menyembunyikan ilmu dengan firman-Nyaإِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَىٰ مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ ۙ أُولَٰئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ ﴿١٥٩﴾ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَٰئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ ۚ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُSesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan yang jelas dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila’nati Allâh dan dila’nati pula oleh semua mahluk yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan kebenaran, maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. [Al-Baqarah/2159-160]Karena khawatir terhadap ancaman yang terkandung di dalam ayat ini, maka Abu Hurairah giat menyebarkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. [HR. Al-Bukhâri, no. 118]Selain itu, Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam juga menjelaskan bahaya menyembunyikan ilmu agama yang harus disampaikan kepada umat sebagaimana hadits berikut iniعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَحْفَظُ عِلْمًا فَيَكْتُمُهُ إِلَّا أُتِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مُلْجَمًا بِلِجَامٍ مِنْ النَّارِ Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Tidak ada seseorang yang hafal suatu ilmu, namun dia menyembunyikannya, kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat dengan keadaan dikekang dengan tali kekang dari neraka”. [HR. Ibnu Majah, no. 261; Syaikh al-Albani menyatakan tentang hadits ini Hasan ShahîhDi dalam riwayat lain disebutkanعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ Dari Abu Hurairah, dia berkata Rasûlullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya, namun dia menyembunyikannya, maka dia akan diberi tali kekang dari neraka pada hari kiamat”. HR. Tirmidzi, no. 2649; Abu Dawud, no. 3658; Ibnu Majah, no. 264; dishahîhkan oleh Syaikh al-AlbaniPerkataan di dalam hadits di atas Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yang dia mengetahuinya’, yaitu ilmu yang dibutuhkan oleh penanya dalam urusan agamanya; namun dia menyembunyikannya’, dengan tidak menjawab atau dengan menghalangi kitab/penulisan ilmu; maka dia akan diberi tali kekang’, yaitu di mulutnya diberi kekang/kendali, karena mulut itu adalah tempat keluarnya ilmu dan perkataan; dengan kekang dari neraka’, sebagai balasan baginya karena dia mengendalikan dirinya dengan diam. Dia diserupakan dengan hewan yang diatur dan dihalangi dari niatnya yang dia kehendaki, karena kedudukan seorang alim adalah mengajak menuju mengatakan “Ini adalah di dalam ilmu yang harus diajarkan, seperti orang kafir yang meminta penjelasan tentang agama Islam; orang baru masuk Islam bertanya tentang tata cara sholat yang telah datang waktunya; dan seperti orang yang meminta fatwa tentang halal dan haram; di dalam semua perkara ini wajib dijawab. Bukan pertanyaan dalam masalah ilmu-ilmu nafilah yang tidak wajib, yang tidak darurot/mendesak maka tidak wajib dijawab-pen”. [Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi, hadits no. 2649]PENUTUP Dengan penjelasan singkat ini, maka kita mengetahui bahwa orang yang berilmu agama berwajiban menyebarkan ilmunya dan tidak boleh menyembunyikannya. Jika dia melanggar hal ini, maka dia dilaknat oleh Allâh dan makhluk-Nya. Semoga Allâh selalu membimbing kita di atas jalan yang lurus. Âmîn.[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XX/1438H/2017M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]
اَلْعَليْمُ(Al-'Aliim) artinya adalah Allah Yang Maha Mengetahui Allah swt. sebagai Tuhan Pencipta mengetahui segala apa yang diciptakan-Nya. Sebagai manusia tentu segala amal dan perbuatan yang kita lakukan, baik ataupun buruk Allah swt. mengetahui semuanya. Begitu pula apa-apa yang terjadi baik itu di darat, laut ataupun di udara.
Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al Alim Yang Maha Mengetahui. Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik yang ghaib maupun yang nyata. “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.”QS. Al-Hajj 70 “Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” QS. Al-Hasyr 22 Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering, melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” QS. Al-An’am 59 Ilmu Allah swt. maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji. Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit, berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil bumi ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti. Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara kekuasaan, kerajaan Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua. Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia bila dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan. “Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.” QS. Al Kahfi 109 “Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” QS. Luqman 27. Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam semesta atau al-kaun universum. Simaklah firman Allah swt. berikut ini “Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” QS. Al-Hasyr 24. Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah jin dan manusia jika kamu sanggup menembus melintasi penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” QS. Ar-Rahman 33. Dengan ayat ini manusia akan mengerti jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar. Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt. telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya. Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum dalam Al-Qur’an perintah Allah swt. “Katakanlah, perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” QS. Yunus 101. Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah sarana kehidupan dan juga nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui, banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya, memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan. Herbert Spencer dalam tulisannya tentang pendidikan, menerangkan sebagai berikut “Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam kedapatan paham tidak bertuhan atheisme, tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatuyang kita selidiki dan kita pelajari, dan selanjutnya pengakuan tentang kekuasaany Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih memuji Tuhan tapi bukan berupa ucapan, melainkan tasbih berupa amal dan menolong bekerja. Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab yang pertama, yaitu Allah.” “Seorang ahli pengetahuan yang melihat setitik air, lalu dia mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen, dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan air. Maka dengan itu ia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan dan kebijaksanaan-Nya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu alam, akan melihatnya tidak lebih dari setitik air.” Manusia sejak zaman dahulu telah mengerahkan daya akal untuk menyelidiki rahasia serta mencari hubungannya dengan kebutuhan dan tujuan hidupnya di atas bumi ini. Maka lahirlah para ahli ilmu alam seperti astronom, meteorolog, geolog, fisikawan, dan sebagainya, beserta para ahli filsafatnya di bidang tersebut. Penemuan di bidang astronomi menyebabkan kosmologi terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini statis, dari permulaan diciptakannya samapai sekarang ini tak berubah dan kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis, bergerak atau berubah. Kelompok yang beranggapan bahwa alam semesta ini dinamis ditunjang oleh ilmu pengetahuan modern. Menurut teori evolusi, pengembangan seperti dibuktikan oleh adanya red shift, ditafsirkan bahwa alam semesta ini dimulai dengan satu ledakan dahsyat. Materi yang terdapat dalam alam semesta itu mula-mula berdesakan satu sama lain dalam suhu dan kepadatan yang sangat tinggi, sehingga hanya berupa proton, neutron, dan elektron, tidak mampu membentuk susunan yang lebih berat. Karena mengembang, maka suhu menurun sehingga proton dan neutron berkumpul membentuk inti atom. Kecepatan mengembang ini menentukan macam atom yang terbentuk. Para ahli ilmu alam telah menghitung bahwa masa mendidih itu tidak lebih dari 30 menit. Bila kurang artinya mengembung lebih cepat, alam semesta ini akan didominasi oleh unsur hidrogen. Apabila lebih dari 30 menit, berarti mengembung lambat, unsur berat akan dominan. Selama 250 juta tahun sesudah ledakan dahsyat, energi sinar dominan terhadap materi, transformasi di antara keduanya bisa terjadi sesuai dengan rumus Einstein, E = mc2. Dalam proses pengembungan ini energi sinar banyak terpakai dan meteri semakin dominan. Setelah 250 juta tahun maka masa dari meteri dan sinar menjadi sama. Sebelum itu, tidak dibayangkan bahwa materi larut dalam panas radiasi, seperti garam larut di air. Pada masa itu, setelah lewat 250 juta tahun, materi dan gravitasi dominan, terdapat differensiasi yang tadinya homogen. Bola-bola gas masa galaksi terbentuk dengan garis tengah kurang lebih tahun cahaya dan masanya 200 juta kali massa matahari kita. Awan gas gelap itu kemudian berdifferensiasi atau berkondensasi menjadi bola-bola gas bintang yang berkontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi sangat cepat. Akibat kontraksi atau pemadatan itu maka suhu naik sampai derajat, yaitu threshold reaksi inti, dan bintang itupun mulai bercahaya. Karena sebagian dari materi terhisap ke pusat bintang, maka planet dibentuk dari sisa-sisanya. Yaitu butir-butir debu berbenturan satu sama lain dan membentuk massa yang lebih besar, berseliweran di ruang angkasa dan makin lama makin besar. Proses kondensasi bintang pembentukan planet membutuhkan waktu beberapa ratus juta tahun. Kita mengetahui bahwa bulan bergerak menjauhi bumi, hal ini berarti bahwa beberapa milyar tahun yang lalu bumi dan bulan itu satu, dan bulan merupakan pecahan dari bumi yang memisahkan diri. Firman Allah swt. “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.” QS. Al Anbiya 30 Konsep ini jelas menunjang teori kedinamisan alam semesta. Orang Rusia, berdasarkan umur batu bulan, telah menetapkan bahwa bulan berumur 4,5 milyar tahun. Dalam mempelajari red shift, jarak diukur dengan tahun cahaya, bukan dengan kilometer. Kecepatan cahaya adalah km per detik, sedangkan beberapa galaksi beberapa juta tahun cahaya jauhnya. Pada waktu kita memandang galaksi yang sangat jauh itu, sebetulnya kita sedang meneropong jauh ke masa yang silam. Dalam mempelajari galaksi yang jauhnya satu milyar tahun cahaya , sebetulnya membuktikan bahwa satu milyar tahun yang lalu alam semesta ini mengembung dengan kecepatan yang lebih tinggi dari sekarang. Hal ini berarti pula bahwa kita berada di alam semesta yang dinamis, bukan statis. Lain dari itu penurunan kecepatan mengembung meramalkan bahwa pada suatu waktu pengembungan itu akan berhenti, kemudian berkontraksi, pada akhirnya kembali kepada situasi kepadatan seperti asalnya lebih kurang lima milyar tahun yang lalu. Dari uraian di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa alam semesta ini mengembung dan mengempis. Untuk lebih lanjut perhatikan uraian George Gemov dalam bukunya The Creation of the Universe, hal. 36 “…bahwa tekanan raksasa yang terjadi pada permulaan sejarah alam semesta, adalah akibat dari suatu kehancuran yang terjadi sebelumnya , dan bahwa pengembungan yang sekarang ini sebenarnya hanyalah suatu gerak kembali yang elastis yang terjadi segera setelah tercapai kepadatan maksimun yang diizinkan.” Kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana besarnya tekanan yang tercapai pada kepadatan yang maksimum itu, tetapi menurut semua petunjuk tekanan itu sungguh-sungguh amat tinggi. Besar kemungkinan seluruh massa alam semesta yang mempunyai kemungkinan bentuk yang bagaimanapun dalam masa pra kehancuran telah dimusnahkan secara sempurna, dan bahwa atom-atom dan intinya telah dipecahkan menjadi proton, neutron, dan elektron serta partikel dasar lainnya, jadi tak ada satupun yang bisa dituturkan tentang masa alam sebelum pemadatan alam semesta itu. Segera setelah kepadatan massa alam semesta itu mencapai titik maksimum, kepadatan yang sangat tinggi itu hanya bertahan dalam waktu sebentar saja. Segala sesuatu yang berada dalam alam semesta, adalah merupakan ciptaan makhluk Allah swt. sebegai refleksi dan manifestasi dari wujud Allah swt. dengan segala sifat kesempurnaan-Nya. Karena itu manusia tidak habis-habisnya mengagumi isi al-kaun ini terus mengambil pelajaran dan ibroh yang bermanfaat dari padanya. “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihtaanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.” QS. Al Mulk 3-4 Tegaknya langit, keseimbangan benda-benda langit sesuai dengan ciptaan dan pengaturan dari Penciptanya. “Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca keadilan.” QS. Ar Rahman 7 “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidaka tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah maha Penyantun lagi Maha Pengampun” QS. Faathir 41 Ayat di atas menyatakan adanya semacam penahan yang membawa kepada ketenangan benda-benda langit, meskipun benda-benda langit itu saling bergerak. Hal ini menunjukkan kenyataan kebenarannya terhadap umat manusia. Para ahli fisika sudah cukup lama mengenal gaya gravitasi antara benda-benda bermassa yang bekerja secara luas dalam alam ini. Setelah Issac Newton pada tahun 1686 merumuskan hukum gravitasi, maka orang dapat dengan mudah memahami dan menerangkan berbagai peristiwa dalam jagat raya ini. Hukum-hukum Kepler yang sudah ada sebelum Newton, ternyata dapat dipahamkan sebagai akibat saja dari hukum gravitasi Newton tersebut. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa universum itu berjalan dengan eksak, kokoh, teratur, rapi, dan harmonis, yang tidak akan ada habis-habisnya menjadi tantangan yang menakjubkan bagi manusia. Setelah beriman kepada Allah, maka menjadi mudah bagi kita untuk menerima bahwa hukum-hukum itu adalah sunatullah atau aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah bagi makhluk-Nya yang tidak berubah-ubah. “Karena kesombongan mereka di muka bumi dan karena rencana mereka yang jahat. Rencana jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan berlakunya sunnah Allah yang telah berlaku kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak pula akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” QS. Faathir 43 Demikianlah Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, seimbang, beraturan, sistemik. Maka Dia jualah yang paling tahu hakikat dan tujuan penciptaa-Nya, dan telah dikabarkannya ciptaan Allah swt. itu kepada manusia. Manusia telah diperintahkan untuk bertafakur atas ciptaan-Nya, sehingga mampu memanfaatkannya. Dan agar manusia mampu mengenal pencipta-Nya serta mengagungkan-Nya; Dia lah Allah swt. tiada Tuhan selain-Nya. Dengan ilmu-Nya Allah mengajarkan kepada hamba-Nya apa-apa yang telah diciptakan dengan proses terjadinya, sehingga manusia akan menjadi tahu dan berilmu. Setelah itu akan lahir cabang-cabang ilmu pengetahuan yang menyebar ke setiap penjuru ufuk kehidupan manusia. Dengan ilmunya manusia diharapkan menemukan kebenaran dan menjadikannya sebagai landasan kehidupan. “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?” QS. Fushshilat 53 Ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah Allah swt. menuangkan sebagian kecil dari ilmu-Nya kepada umat manusia dengan dua jalan. Pertama, dengan ath-thariqah ar-rasmiyah jalan resmi yaitu dalam jalur wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah. Kedua, dengan ath-thariqah ghairu rasmiyah jalan tidak resmi yaitu melalui ilham secara kepada makhluk-Nya di alam semesta ini baik makhluq hidup maupun yang mati, tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tak melalui perantaraan malaikat Jibril, maka bisa disebut jalan langsung mubasyaratan. Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah. Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang menjadi hudan petunjuk bagi umat manusia”, baik yang diturunkan langsung, dari belakang tabir min wara’ hijab maupun yang diturunkan melalui malaikat Jibril, seperti firman Allah swt “Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seseorang malaikat lalu diwahyukan kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi maha Bijaksana” QS. Asy Syura 51 Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu dipertegas karena makna wahyu secara lughawi memiliki pengertian yang bermacam-macam, antara lain 1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi Musa untuk menyusukan Musa yang masih bayi. “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai Nil…” QS. Al-Qashash 7. 2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-pohon, dan dimana saja dia bersarang. “Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia” QS. An-Nahl 68. 3. Isyarat, seperti yang diwahyukan oleh Nabi Zakaria kepada kaumnya untuk bertasbih pagi dan sore. “Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang” QS. Maryam 11. 4. Perintah Allah kepada malaikat, untuk mengerjakan sesuatu seperti perintah Allah kepada malaikat untuk membantu kaum muslimin dalam Perang Badar. “Ingatlah, ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat; Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian orang-orang yang telah beriman…” QS. Al Anfal 12. 5. Bisikan syaitan “…Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musrik.” QS. Al-An’am 121. Dalam ayat tersebut ada kata layuhuna mewahyukan yang berarti membisikkan. 6. Hadits Qudsi, juga termasuk dalam wahyu hadits yang maknanya dari Allah swt., sedangkan redaksinya dari Rasulullah saw. 7. Hadits Nabawiy, makna dan redaksinya dari Rasulullah saw. karena pada hakekatnya apa saja yang berasal dari Rasulullah saw. mempunyai nilai wahyu. “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah dia; dan bertakwa-lah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumannya.” QS. Al-Hasyr 7 Ayat-ayat qauliyah mengisyaratkan kepada manusia untuk mencari ilmu alam semesta ayat-ayat kauniyah, oleh sebab itu manusia harus berusaha membacanya, mempelajari, menyelidiki dan merenungkannya, untuk kemudian mengambil kesimpulan. Allah swt. berfirman “Bacalah ya Muhammad dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari alaq. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang Mengajar manusia dengan perantaraan alam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” QS. Al-Alaq1-5 “Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan. Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan.” QS. Ar Ra’du 3 “Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian tanah yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanam-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.” QS. Ar-Ra’du 4 “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” QS. Ali Imran 190-191 Dengan mempelajari, mengamati, menyelidiki, dan merenungkan alam semesta al-kaun dengan segala isinya, manusia dapat melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti Kosmologi, Astronomi, Botani, Meterologi, Geografi, Zoologi, Antropologi, Psikologi, dan sebagainya. Sedangkan dari mempelajari wahyu manusia melahirkan berbagai disiplin ilmu seperti Tafsir, Ilmu Tafsir, Hadits, Ilmu Hadits, Fiqih, Ushul Fiqih, dan sebagainya. Dengan memahami bahwa semua ilmu itu adalah dari Allah swt., maka dalam mendalami dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan pun al-kaun harus mengacu firman Allah swt. sebagai referensi, sehingga akan semakin meneguhkan keimanan. Selain itu penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi akan terkendali serta mengenal adab. Sebagai misal dalam dunia teknologi kedokteran, pengalihan sperma ke sebuah rahim seorang wanita –dalam proses bayi tabung– harus memperhatikan sperma itu diambil dari siapa diletakkan ke rahim siapa. Proses kesepakatan, perizinan juga harus jelas. Jangan sampai bayi lahir menjadi tidak jelas nasabnya. Di bidang astronomi tidak boleh diselewengkan untuk meramal nasib, padahal antara keduanya tak ada hubungan sama sekali. Dalam hal menikmati keindahan alam, akan menjadi suatu kedurhakaan jika dalam menikmatinya dengan membangun vila-vila untuk berbuat maksiat. Namun seorang mukmin menjadikan alam semesta adalah untuk tafakur agar dekat dengan-Nya. Konsep Kebenaran Ilmu Wahyu Al-Qur’an dan As-Sunnah memiliki nilai kebenaran yang mutlak al-haqiqah al-muthlaqah karena langsung berasal dari Allah swt. dan Rasul-Nya. Tetapi pemahaman terhadap wahyu yang memungkinkan beberapa alternatif pemahaman tidaklah bersifat mutlak. Sedangkan ilmu yang didapat dari alam semesta memiliki nilai kebenaran yang nisbi realtif dan tajribi eksprimentatif atau dengan istilah al-haqiqah at-tajribiyah. Kebenaran yang mutlak harus dijadikan burhan atau alat untuk mengukur kebenaran yang nisbi. Jangan sampai terbalik, justru kebenaran yang mutlak diragukan karena bertentangan dengan kebenaran yang nisbi relatif dan eksprimentatif. Sejarah ilmu pengetahuan sudah membuktikan bahwa suatu penemuan atau teori yang dianggap benar pada satu masa digugurkan kebenarannya pada masa yang akan datang. Hal itu disebabkan keterbatasan manusia dalam mengamati, menyelidiki, dan menyimpulkan segala fenomena yang ada dalam alam semesta. Oleh sebab itu jika terjadi pertentangan antara kesimpulan yang didapat oleh manusia dari al kaun dengan wahyu, maka yang harus dilakukan adalah menguji kembali kesimpulan tersebut, atau menguji kembali pemahaman manusia terhadap wahyu. Logikanya, wahyu dan alam semesta semuanya berasal dari Allah set. yang Mahabenar, mustahil terjadi pertentangan satu sama lain. Hikmah mengimani ilmu Allah swt. Pertama, membuat manusia sadar bahwa betapa tidak berarti dirinya dihadapan Allah swt., sebab seluruh ilmu yang dimiliki manusia adalah ibarat setitik air laut dibandingkan dengan air laut secara keseluruhan. Oleh karena itu manusia tidak ada alasan untuk sombong dan menjadikan ilmu menjadi penyebab kekufuran dan kedurhakaan kepada Yang Maha Mengetahui segalanya. Seharusnya manusia menjadikan ilmu untuk alat ber-taqarub kepada-Nya, sebagaimana perilaku para ulil albab. Kedua, dengan menyadari bahwa ilmu Allah swt. sangat luas, tidak ada satupun –betapa pun kecil dan halusnya– yang luput dari ilmu-Nya, maka manusia akan dapat mengontrol tingkah laku, ucapan amalan batinnya sehingga selalu sesuai dengan yang diridhai Allah swt. Ketiga, keyakinan terhadap ilmu Allah swt. akan menjadi terapi yang ampuh untuk segala penyelewengan, penipuan dan kemaksiatan lainnya. Maka dalam pemahamannya adalah dengan mengaplikasikan sifat Allah swt. tersebut dalam kehidupan nyata sehari-hari, berusaha melaksanakan perintah dan larangan-Nya baik di tempat ramai maupun sunyi. Kita tidak lagi terpengaruh dengan “diketahui” atau “tidak diketahui” oleh orang lain untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu. Karena kita menyadari betapa Allah swt. Maha Mengetahui yang pasti selalu melihat, mendengar, memperhatikan apa yang kita lakukan di mana dan kapan saja. Di zaman salafus saleh, kita masih ingat kisah seorang gadis shalihah dengan ibunya menjual susu. Suatu saat ibunya menyuruh dagangannya untuk dicampur dengan air, agar mendapatkan untung yang lebih. Namun putrinya menolak. “Bukankah Khalifah Umar tidak melihat?” kata sang ibu. “Tapi Tuhannya Umar mengetahui, Bu!” kata putrinya. Tak disangka percakapan itu didengar Umar bin Khaththab. Maka gadis shalihah tersebut dipinang untuk putra Umar sang Khalifah. Dan kita pun tahu persis bahwa dari seorang wanita shalihah ini, akhirnya menurunkan seorang cucu yang menjadi tokoh besar dalam sejarah Umar Bin Abdul Aziz yang legendaris. Juga kisah seorang anak gembala dengan sekian banyak gembalaan milik tuannya. Suatu saat Umar bin Khaththab menguji kekuatan muraqabatullah-nya. Dikatakan kepada anak itu bahwa kambingnya akan dibeli dengan harga yang lebih. Namun anak itu menolak. “Kamu bisa mengatakan kepada tuanmu kambingnya dimakan binatang buas,” kata Umar “Lantas di mana Allah?” tanya anak tersebut. Subhanallah..!. Sebenarnya bagi seorang muslim yang sudah ber-iltizam akan selalu merasa tenang, bahagia karena segala amal kebaikannya, tidak akan dirugikan sedikitpun, baik diketahui ataupun tidak oleh orang lain, kerena dia yakin bahwa Allah swt. telah mengawasinya. Sehingga seorang mukmin sejati akan senantiasa beramal dengan ikhlas karena Allah swt. semata, bukan karena guru ngajinya, apalagi karena calon istri ataupun mertuanya. Tidak bangga karena pujian, tidak merasa lemah karena celaan. Tetap semangat walau tak diketahui orang, tak takabur ketika dilihat banyak orang. Juga tak takut dengan kegagalannya, atau tak bangga diri dengan keberhasilannya. Apapun yang terjadi tak akan mengoncangkan jiwanya, atau merusak muamalah dengan saudaranya, atau bahkan membahayakan akidahnya. “Dan katakanlah; bekerjalah kamu maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” QS. At-Taubah 105 Redaktur Beri NilaiLoading... Tim dakwatuna adalah tim redaksi yang mengelola Mereka terdiri dari dewan redaksi dan redaktur pelaksana AbdulCholiq: Ikut kehendak "YANG PUNYA KEHENDAK",. Albert YAMAS : ayah,tidak DIKENALI disini sama ada orang2 disekelilingnya tidak akan mengetahui bahwa dia mempunyai ilmu yang sangat tinggi. seperti ayah yang sebelum diberi tugasan untuk mengajar ilmu ini,tidak ada satu orangpun tahu bahwa ayah mempunyai pemahaman ketuhanan yang amat di artikan begitu ya ayah? Pengertian Ilmun Pengertian IlmunIlmu ﻋﻠﻢ Maha Mengetahui. Ilmu Allah Tidak iniPosting terkait Ilmun Sifat wajib Allah ke-9 yakni, Ilmun artinya mengetahui atas segala sesuatu baik yang tampak maupun tidak tampak oleh umat manusia. Allah SWT berfirman وَمَا تَكُوْنُ فِيْ شَأْنٍ وَّمَا تَتْلُوْا مِنْهُ مِنْ قُرْاٰنٍ وَّلَا تَعْمَلُوْنَ مِنْ عَمَلٍ اِلَّا كُنَّا عَلَيْكُمْ شُهُوْدًا اِذْ تُفِيْضُوْنَ فِيْهِۗ وَمَا يَعْزُبُ عَنْ رَّبِّكَ مِنْ مِّثْقَالِ ذَرَّةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ وَلَآ اَصْغَرَ مِنْ ذٰلِكَ وَلَآ اَكْبَرَ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ Artinya Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Rabbmu biarpun sebesar zarrah atom di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak pula yang lebih”. QS. Yunus 61 Baca Juga Iradat Artinya Ilmu ﻋﻠﻢ Maha Mengetahui. Artinya, Allah itu Dzat yang Mengetahui. Allah mengetahui segala hal dan peristiwa, dengan tidak didahului oleh keraguan atau kesamaran. Allah Maha Mengetahui karena Dialah yang menciptakan segala sesuatu. Sedangkan manusia tahu bukan karena menciptakan, tapi sekedar melihat, mendengar, dan mengamati. Itu pun terbatas pengetahuannya sehingga manusia tetap saja tidak mampu menciptakan meski hanya seekor lalat. Firman Allah “ Dan Allah memiliki kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu basah atau kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata Lauh Mahfudz” Al- An’aam 59 Diantara sifat yang wajib bagi Dzat Yang Wajib Ada, adalah sifat “Ilmu”Maha Mengetahui. Yang dimaksud, ialah terbukanya tabir sesuatu bagi Dzat yang telah tetap sifat itu bagi- Nya, yakni yang menjadi sumber, pokok pangkal dari terbukanya tabir sesuatu sifat ilmu, termasuk sifat- sifat wujudiah yang menjadi sifat bagi Yang Wajib Ada. Baca Juga Qudrat Artinya Segala sifat yang dipandang menjadi kesempurnaan bagi wujud, wajiblah ada pada dirinya. Maka karena itu teranglah, bahwa Dzat yang wajib Ada itu berilmu Alim, Maha Mengetahui. Kenyataan menunjukan, bahwa ilmu menjadi kesempurnaan bagi segala sesuatu yang mungkin wujud ada. Dan diantara yang termasuk mungkin wujid itu ialah Dzat yang Memiliki Ilmu Alim. Maka sekiranya Yang Wajib Ada itu tidak Alim tidak berilmu, tentu akan terdapat dalam sesuatu yang mungkin ada itu, Dzat substansi yang lebih sempurna keadaannya dari pada Dzat Yang Wajib Ada. Sedang itu mustahil, sebagaimana yang telah kami terangkan. Kemudian Dzat Yang Wajib Ada itulah yang menjadi pemberi ilmu dalam alam yang mungkin ini. Tenti tidak masuk akal sama sekali, bahwa Yang menjadi Sumber Ilmu tidak mempunyai Allah “ Katakanlah Sekiranya lautan jadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu.” Al- Kahfi 109 Allah ber- Ilmu dengan arti mengetahui segalanya. Tidak ada satu kejadian atau masalah yang bagaimana kecil atau besarnya yang tidak diketahui oleh Allah. Allah tidak boleh dikatakan tidak tahu, bodoh dan lain- lain sebagainya. Baca Juga Wahdaniyah Artinya Mari kita sama menengok sejurus ke alam semesta. Demikian hebat dan kokohnya, demikian cantik dan teraturnya ala mini dibikin oleh Allah. Berlangit dan bermatahari, berbumi dan berbintang, masing- masing berjalan beredar dengan teratur, tidak pernah bearntuk dan bertabrakan satu dengan yang lainnya. Sungguh menunjukan hebatnay Ilmu Allah yang mengadakan dan mengatur itu semua. Dengan ilmu yang setinggi dan sesempurna itulah Allah menciptakan segala benda dan alam ini seluruhnya. Dan dengan ilmu yang sempurna dan setinggi itu pula lah Allah mengadakan peraturan bagi setiap alam yang diciptakan Allah itu. Dengan pengetahuan dan ilmu yang begitu tinggi dan sempurna, begitu pula lah Allah membuat aturan yang berupa perintah dan larangan bagi manusia. Aturan atau perintah dan larangan Allah itu ialah agama, yang diturunkan Allah dengan perantara Nabi dan para Rasul- Nya, yang dari dulu sampai sekarang bernama Agama Islam. Sadarlah kita hendaknya sesadar- sadarnya bahwa segala perintah dan larangan Allah yang tercantum dalam kitab- kitab Suci- Nya itu pasti baik untuk dipatuhi dan dijalankan oleh manusia. Firman Allah “Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” An- Nisaa’ 176 Berilmunya Allah itu adalah termasuk diantara hal- hal yang lazim bagi wujud- Nya, sebagaimana telah diketahui. Ilmu- Nya mengatasi segala macam ilmu, karena tinggi martabat wujud- Nya diatas segala yang maujud ada. Maka teranglah pula, bahwa Ilmu- Nya itu meliputi segala sesuatu yang dapat dicapai oleh ilmu pengetahuan. Baca Juga Qiyamuhu Binafsihi Artinya Berilmunya Allah adalah satu dari suatu kelaziman bagi wujud- Nya. Maka dari itu Ia tidak berkehendak kepada sesuatu selain kepada Dzat- Nya sendiri. Ia adalah“azali”. Dzat yang wujudnya tidak berawal dan tidak juga berakhir abadi, bebas tidak bisa dicapai dengan alat- alat media- media dan oleh ketajaman- ketajaman pikiran dan kegiatan- kegiatan otak. Jadi Ia berlainan dengan segala yang berilmu dari sesuatu alam yang mungkin. Diantara dalil- dalil yang membuktikan tentang tetap adanya Ilmu Allah, ialah apa yang kita saksikan sendiri pada struktur susunan alam yang mungkin ini, berupa hokum- hokum dan kerapiannya, terletak segala sesuatu pada tempat yang semestinya, tetapnya masing- masing pada bidang yang diperlukan dalam wujud dan kekalnya. Ini nyata jelas bagi mata orang yang suka memperhatikan apa yang ditunjukan oleh benda- benda alam, baik besar makro, maupun yang kecil mikro, tinggi maupun yang rendah. Ilmu Allah Tidak Terbatas. Allah SWT mempunyai ilmu yang tidak terbatas. Dia mengetahuai apa saja yang ada di langit dan di bumi, baik yang gaib maupun yang nyata. Firman Allah “ Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi..” Al- Hajj 70 “Dialah Allah, Yang tiada Tuhan selain Dia. Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata. Dialah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” Al- Hasyr 22 Baca Juga mukhalafatu lil hawaditsi artinya Tidak ada satu pun yang tersembunyi bagi Allah SWT. Sebutir biji dalam gelap gulita bumi yang berlapis- lapis tetap diketahui oleh Allah SWT. Seperti Firman Allah dalam surat Al- An’aam, ayat 59. Ilmu Allah memang maha luas, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi. Manusia, malaikat dan makhluk mana pun tidak akan bias menyelami lautan ilmu Allah SWT. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja manusia tidak akan mampu. Seperti yang digambarkan dalam Firman Allah dalam surat Al- Kahfi ayat 109 Baca Juga Al Muhshii Artinya
mengimaniilmu Allah subhanahu wa ta'ala yang luas meliputi segala sesuatu. mengimani bahwa seluruh yang diketahui oleh Allah ditulis di lauhil mahfudz. Allah perintahkan pena yang diciptakan oleh Allah untuk menulis. Allah subhanahu wa ta'ala memiliki kehendak. Kehendak Allah itu berlaku, tidak ada yang bisa menghalangi, menutupi dan membendung kehendak Allah. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Salam Kompasiana, Salam Kenal kepada seluruh Jurnalis Kompasiana. Ini Tulisan pertama saya, mudah-mudahan bermanfaat. Pengertian Ilmu Tersurat Disebut juga sebagai Text Book Thinking, dimana dalil-dalil dan dasar berargumentasi ada tulisannya tersurat, baik itu di bidang Agama Qur'an, Hadis,Ijma' dan Qias, maupun di bidang science ada sumber referensinya. Ilmu Tersurat Adalah Dalil yang di gunakan tidak ada tulisannya, namun secara substansi menggambarkan Makna dari sesuatu fakta kejadian atau suatu statement, namun ada referensinya sebagai rujukan. Ilmu Tersembunyi Fakta kejadian, Fenomena dan suatu pengkajian yang tidak ada dasar tulisannya, dimana substansi peristiwa dapat di rasakan kebenarannya beberapa waktu kemudian yang saat ini tidak dapat di terima secara logika akal. Untuk menjelaskan ke tiga hal tersebut diatas, penulis memberikan suatu contoh statement "Sesama Bis Kota Di Larang Saling Mendahului" Pertanyaan Apakah Bis Luar Kota Boleh Saling Mendahului? Nah, kita tentu dengan cepat menjawab "BOLEH", karena yang di larangkan Bis Dalam Kota! Inilah yang di sebut Ilmu Tersurat. Pada hal sebenarnya Peraturan ini juga berlaku Bagi Bis Luar Kota, karena secara substansi statement tersebut menggambarkan bahwa, bila sesama bis tersebut "saling mendahului" atau kebut-kebutan akan membahayakan penumpang Bis tersebut dan juga membahayakan pengguna jalan lainnya. Lihat kata "saling", dapat di artikan kejar-kejaran. Inilah yang di sebut Ilmu Tersirat, dalil tertulis tidak ada, namun dapat di gunakan sebagai dalil atau sumber hukum. Sedangkan Ilmu tersembunyi Ilmu yang sangat tinggi, yang hanya di berikan Allah swt kepada hambaNya yang Saleh dan di CintaiNya, tidak di berikan kepada hambaNya secara umum. Jadi secara akal dan logika orang kebanyakan, apa yang sampaikan atau statement yang di ucapkannya tidak masuk akal dan logika, namun beberapa waktu kemudian bahkan beberapa tahun kemudian, barulah dapat di ketahui kebenaran apa yang di ucapkan atau tindakan hamba yang mulia tadi. Kisah ini dapat di jumpai dalam Al-Qur'an Surat Al Kahf ayat 60 dst. yaitu kisah Nabi Musa dan Saidina Khidr as. Dalam kisah tersebut Saidina Khidr membunuh anak kecil, yang sangat di protes oleh Nabi Musa atas tindakan yang di lakukan Saidina Khidr tsb. Dalam ayat ke 65 Allah swt ".....hamba Kami yang telah Kami berikan Rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami". Fenomena dalam masyarakat, sering kita menyaksikan tentang Ilmu Tersirat, Tersirat dan Tersembunyi ini, sehingga khususnya dalam bidang Agama sering terjadi perdebatan, perbedaan pendapat yang kadang-kadang masalah yang di bahas menjurus kepada pertikaian. Penulis pernah mendengar fatwa seorang Ulama sangat terkenal dan sudah wafat, mengatakan tulang babi yang di buat untuk cangkong pipa untuk merokok itu boleh, menjawab pertanyan dari seorang pemirsa pada siaran Radio RI RRI, alasan ulama tersebut " yang di larangkan daging babi" coba anda tunjukkan dalam al Quran, apakah ada di katakan tulang babi itu haram? Nah,pembaca yang saya cintai, inilah sebagai contoh betapa bahayanya, jika pola pikir kita text book thinking" berargumen hanya berdasarkan Ilmu Tersurat saja. Penulis sangat kuatir, banyak sekali dalam Al- Quran Ilmu tersurat seperti ini, Coba Bayangkan jika surat Al -Isra' ayat 32 yang berbunyi " Dan janganlah kamu mendekati zina, zina itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu yang buruk", di tafsirkan " yang di larangkan mendekati, sedangkan melakukannya boleh nauzubillah minzalik. Lihat Cerpen Selengkapnya SesungguhnyaAllah mencintai hamba yang taqwa, kaya hati dan tersembunyi. HR Muslim. Tersembunyi amalnya.. Tak suka dilihat manusia.. melalui jejaring sosial Facebook, Twitter yang Anda miliki. Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala membalas kebaikan Anda. 0 shares. Facebook 0; a.n. Al Ilmu INFAQ. Konfirmasi : 0838 - 0662 - 4622.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sebagai umat manusia,kita diciptakan oleh Allah SWT dengan bekal akal sejak kita dilahirkan dan ditakdirkan untuk hidup di dunia. Akal yang umat manusia miliki ini merupakan karunia yang Allah SWT berikan sebagai pembeda antara kita dengan makhluk-makhluk lain ciptaan-Nya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Akal berarti daya pikir untuk memahami sesuatu dan sebagainya; pikiran; ingatan. [1]Menurut Harun Nasution, kata akal berasal dari kata Arab "al-Aql" yang menjadi kata Indonesia, dalam bentuk kata benda tidak ada dalam Al-quran, hanya bentuk kata kerja al-Aqaluh 1 ayat, ya'qiluha 1 ayat, ya'qilun 22 ayat, ta'qilun 24 ayat dan na'qilu 1 ayat, dalam arti mengertian dan paham. Selain itu menurut ahli Kant juga mengungkapkan pendapatnya bahwa apa yang kita katakan rasional itu adalah ide yang masuk akal tapi menggunakan ukuran hukum alam. Dengan kata lain, pikiran rasional adalah kebenaran yang diukur dengan hukum alam.[2] Akal yang kita miliki ini tentunya harus digunakan untuk dapat lebih jauh lagi mendalami ilmu-ilmu juga Epistemologi Islam Wahyu sebagai Sumber Ilmu dalam Islam Di dalam agama Islam, baik di dalam Alqur'an , sunnah Nabi SAW, maupun semua ajaran dari tokoh-tokoh agama Islam terdahulu menekankan bahwa kedudukan ilmu sangatlah penting. Firman Allah SWT dalam yang artinya sebagai berikut "Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu" ,menjelaskan bahwa Allah SWT ialah sumber dan segala sesuatu, tidak ada satu hal pun yang dapat luput dari pengawasan-Nya, juga kekuasaan-Nya baik itu yang ada di langit maupun yang ada di akhirat serta baik itu yang nyata maupun yang tak terlihat gaib. Sumber ilmu primer dalam epistimologi Islam adalah wahyu yang diterima oleh nabi yang berasal dari Allah SWT, sebagai sumber dari segala sesuatu. Al-Wahyu atau wahyu merupakan masdar infinitive yang memberikan dua pengertian dasar, yaitu tersembunyi dan cepat. [3] Epistimologi Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah juga mengambil sumber ilmu lainnya, yaitu Akal 'aql dan hati qalb serta indra -indra yang terdapat dalam diri juga Dalil dan Sumber-sumber Ilmu FiqihAl-Qur'anSebagai umat muslim sudah seharusnya kita mengakui bahwasanya segala ilmu pengetahuan yang kita dapati bersumber dari Allah SWT melalui firman-Nya di dalam kitab suci Al-quran sebagai pedoman umat manusia agar senantiasa mendapatkan keselamatan hidup di dunia maupun di akhirat kelak. Banyak sekali di dalam kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan mengenai ilmu-ilmu pengetahuan seperti mengenai ilmu bumi dan alam, seperti yang ada di dalam Al-Quran surah Qaf ayat 7-8 yaitu, "Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali mengingat Allah." Qs Qaf 7-8Menurut Muhammad Al-ghazali, pada dasarnya Al-Quran memberikan kepada umat Islam wawasan yang luas dan metode pemikiran yang jelas yang dapat digunakan oleh setiap generasi serta ilmu yang dibarengi dengan iman, yang sama sekali tidak ada pertentangan diantara keduanya.[4]Baca juga Hakikat dan Sumber Ilmu Pengetahuan Melalui Perspektif Barat Dan Perspektif Islam 1 2 Lihat Pendidikan Selengkapnya

Muslimno. 598). Artinya: "Allah, tidak ada ilah ( yang berhak disembah) melainkan Dia, yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya). Dia tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Merupakan Salah Satu Ilmu Peninggalan Sunan Kalijaga, yang dimiliki oleh seseorang agar ingin Nampak D2cil3G.
  • gtro0s33j1.pages.dev/189
  • gtro0s33j1.pages.dev/20
  • gtro0s33j1.pages.dev/149
  • gtro0s33j1.pages.dev/589
  • gtro0s33j1.pages.dev/488
  • gtro0s33j1.pages.dev/209
  • gtro0s33j1.pages.dev/437
  • gtro0s33j1.pages.dev/424
  • ilmu allah yang tersembunyi